وَٱلَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٲجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ
أَعۡيُنٍ۬ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا (٧٤)
25:74: Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami ISTERI-ISTERI KAMI dan KETURUNAN KAMI sebagai penyenang hati [kami], dan jadikanlah kami IMAM BAGI ORANG-ORANG YANG BERTAKWA. (74)
25:74: Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami ISTERI-ISTERI KAMI dan KETURUNAN KAMI sebagai penyenang hati [kami], dan jadikanlah kami IMAM BAGI ORANG-ORANG YANG BERTAKWA. (74)
ُوْلَـٰٓٮِٕكَ
يُجۡزَوۡنَ ٱلۡغُرۡفَةَ بِمَا صَبَرُواْ وَيُلَقَّوۡنَ فِيهَا تَحِيَّةً۬
وَسَلَـٰمًا (٧٥)خَـٰلِدِينَ فِيهَاۚ حَسُنَتۡ مُسۡتَقَرًّ۬ا وَمُقَامً۬ا (٧٦)
25:75-76: Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi [dalam SURGA] karena KESABARAN mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, (75) mereka kekal di dalamnya. SURGA itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (76)
25:75-76: Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi [dalam SURGA] karena KESABARAN mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, (75) mereka kekal di dalamnya. SURGA itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (76)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
أَرْبَعٌ
مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ،
وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ. وَأَرْبَعٌ مِنَ الشّقَاءِ:
الْجَارُ السّوءُ، وَاَلْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَركَبُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ
الضَّيِّقُ.
Empat perkara
termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah (kalau untuk
wanita tentunya lelaki/suami yg Sholeh), tempat tinggal yang luas/ lapang,
tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara
yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak
shalihah) (kalau buat wanita yg bikin sengsara adalah suami yg brengsek),
kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban)
Sabda Rasûlullâh saw:
"Dunia adalah kesenangan sementara, dan sebaik-baiknya kesenangan dunia adalah WANITA (ISTRI) YANG SHOLEHAH."(HR:Muslim, An Nasa'i)
"Dunia adalah kesenangan sementara, dan sebaik-baiknya kesenangan dunia adalah WANITA (ISTRI) YANG SHOLEHAH."(HR:Muslim, An Nasa'i)
رَبِّ
ٱجۡعَلۡنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِىۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ
دُعَآءِ (٤٠)
14:40: Ya Tuhanku, jadikanlah AKU DAN ANAK CUCUKU orang-orang yang tetap MENDIRIKAN SHALAT, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku. (40)
14:40: Ya Tuhanku, jadikanlah AKU DAN ANAK CUCUKU orang-orang yang tetap MENDIRIKAN SHALAT, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku. (40)
Rasûlullâh saw. bersabda:
“Barang-siapa yang di beri Allâh rezeki berupa isteri yang sholehah, maka sungguh Allâh telah menolongnya mendapat separoh dari agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allâh untuk memperoleh yang separohnya”.
(HR. Ath-Thabrânî dan Al-Hâkim)
“Barang-siapa yang di beri Allâh rezeki berupa isteri yang sholehah, maka sungguh Allâh telah menolongnya mendapat separoh dari agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allâh untuk memperoleh yang separohnya”.
(HR. Ath-Thabrânî dan Al-Hâkim)
Rasûlullâh saw. bersabda:
“Hendaklah kalian berusaha memiliki hati yang senantiasa BERSYUKUR, memiliki lisan yang senantiasa BERDZIKIR dan memperoleh ISTERI YANG SHOLEHAH, yang selalu membantu kalian dalam perkara akhirat”.
(HR. Ahmad, At-Tirmidzî dan Ibnu Mâjah)
“Hendaklah kalian berusaha memiliki hati yang senantiasa BERSYUKUR, memiliki lisan yang senantiasa BERDZIKIR dan memperoleh ISTERI YANG SHOLEHAH, yang selalu membantu kalian dalam perkara akhirat”.
(HR. Ahmad, At-Tirmidzî dan Ibnu Mâjah)
ٱلرِّجَالُ
قَوَّٲمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍ۬
وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٲلِهِمۡۚ فَٱلصَّـٰلِحَـٰتُ قَـٰنِتَـٰتٌ حَـٰفِظَـٰتٌ۬
لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ وَٱلَّـٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ
فَعِظُوهُنَّ وَٱهۡجُرُوهُنَّ فِى ٱلۡمَضَاجِعِ وَٱضۡرِبُوهُنَّۖ فَإِنۡ
أَطَعۡنَڪُمۡ فَلَا تَبۡغُواْ عَلَيۡہِنَّ سَبِيلاًۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ
عَلِيًّ۬ا ڪَبِيرً۬ا (٣٤)
4:34: Kaum laki-laki itu adalah PEMIMPIN bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka [laki-laki] atas
sebahagian yang lain [wanita], dan karena mereka [laki-laki] telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at
kepada Allah lagi memelihara diri [1] ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihara [mereka] [2]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya [3], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya [4]. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar. (34)
Rasulullah Saw bersabda:
Dari Ibn Umar ra. Dari Nabi saw, beliau bersabda : “ Kalian adalah PEMIMPIN dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang PENGUASA adalah pemimpin, seorang SUAMI adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang ISTRI adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya. KALIAN adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungtawaban atas kepemimpinan kalian”.(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Ibn Umar ra. Dari Nabi saw, beliau bersabda : “ Kalian adalah PEMIMPIN dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang PENGUASA adalah pemimpin, seorang SUAMI adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang ISTRI adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya. KALIAN adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungtawaban atas kepemimpinan kalian”.(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Yang (berhak) menjadi IMAM (suatu) kaum, ialah yang paling pandai membaca KITABULLAH/AL QUR'AN. Jika mereka dalam bacaan sama, maka yang lebih mengetahui tentang SUNNAH/AL HADITS. Jika mereka dalam sunnah sama, maka yang lebih dahulu HIJRAH. Jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dahulu MASUK ISLAM (dalam riwayat lain: umur). Dan janganlah seseorang menjadi imam terhadap yang lain di tempat kekuasaannya (dalam riwayat lain: di rumahnya). Dan janganlah duduk di tempat duduknya, kecuali seizinnya” [HR. Muslim]
“Yang (berhak) menjadi IMAM (suatu) kaum, ialah yang paling pandai membaca KITABULLAH/AL QUR'AN. Jika mereka dalam bacaan sama, maka yang lebih mengetahui tentang SUNNAH/AL HADITS. Jika mereka dalam sunnah sama, maka yang lebih dahulu HIJRAH. Jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dahulu MASUK ISLAM (dalam riwayat lain: umur). Dan janganlah seseorang menjadi imam terhadap yang lain di tempat kekuasaannya (dalam riwayat lain: di rumahnya). Dan janganlah duduk di tempat duduknya, kecuali seizinnya” [HR. Muslim]
وَلَوۡ
أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم
بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم
بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ (٩٦)
7:96: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri BERIMAN DAN BERTAKWA, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan [ayat-ayat Kami] itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (96)
7:96: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri BERIMAN DAN BERTAKWA, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan [ayat-ayat Kami] itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (96)
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ
وَأَهۡلِيكُمۡ نَارً۬ا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡہَا
مَلَـٰٓٮِٕكَةٌ غِلَاظٌ۬ شِدَادٌ۬ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ
وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ (٦)
66:6: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah DIRIMU DAN KELUARGAMU dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (6)
66:6: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah DIRIMU DAN KELUARGAMU dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (6)
وَإِذۡ
قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬ۖ
قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيہَا مَن يُفۡسِدُ فِيہَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ
نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعۡلَمُ مَا لَا
تَعۡلَمُونَ (٣٠)
2:30: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang KHALIFAH di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan [KHALIFAH] di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (30)
2:30: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang KHALIFAH di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan [KHALIFAH] di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (30)
ۘ وَتَعَاوَنُواْ عَلَى
ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٲنِۚ
وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ (٢)
5:2: Dan tolong-menolonglah kamu dalam [mengerjakan] KEBAIKAN DAN TAKWA, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (2)
5:2: Dan tolong-menolonglah kamu dalam [mengerjakan] KEBAIKAN DAN TAKWA, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (2)
“Dari Abdullah bin
Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam beliau biasa berdoa: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, KETAQWAAN,
keterjagaan, dan kekayaan” (HR. Muslim, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban).
“Tidak mengapa seseorang itu KAYA
ASALKAN BERTAKWA. SEHAT bagi orang yang BERTAKWA itu lebih baik dari KAYA. Dan
hati yang BAHAGIA adalah bagian dari nikmat.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Setiap orang tentunya mendambakan keluarga yang harmonis diberikan istri dan juga dikaruniai anak yang sholeh dan bertaqwa kepada Allah sehingga dapat menenangkan hati dan menyejukkan perasaan. Untuk itu berdoalah rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqina imama
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
Dalam Tafsir Tahlili diterangkan, diantara sifat hamba-hamba Allah yaitu memohon kepada-Nya agar dianugerahi keturunan yang saleh dan baik. Istri dan anak-anaknya benar-benar menyenangkan hati dan menyejukkan perasaan karena keluarga mereka terdiri dari orang-orang yang saleh dan bertakwa kepada Tuhan. Dengan demikian, akan bertambah banyaklah di muka bumi ini hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Di samping itu, mereka bermunajat kepada Allah agar keturunannya menjadi orang-orang yang bertakwa seluruhnya, menjadi penyeru manusia untuk bertakwa, dan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Ini adalah cahaya iman yang telah memenuhi hati mereka dan meneranginya dengan petunjuk dan hidayah sehingga mereka ingin sekali supaya orang-orang yang bertakwa yang mendapat petunjuk kian lama kian bertambah juga.
Keinginan mereka agar anak cucu dan keturunannya menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa bukanlah karena ingin kedudukan yang tinggi atau kekuasaan mutlak, tetapi semata-mata karena keinginan yang tulus ikhlas agar penduduk dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa.
Juga bertujuan agar anak cucu mereka melanjutkan perjuangannya menegakkan keadilan dan kebenaran. Dengan demikian, walaupun mereka sendiri telah mati, tetapi mereka tetap menerima pahala perjuangan anak cucu mereka sesuai dengan sabda Rasulullah:
اِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ. (رواه مسلم عن ابى هريرة)
“Apabila seseorang mati, maka putuslah segala amalnya kecuali dari tiga macam: sedekah yang dapat dimanfaatkan orang, ilmu pengetahuan yang ditinggalkannya yang dapat diambil manfaatnya oleh orang lain sesudah matinya, anak yang saleh yang selalu mendoakannya.” (Riwayat Muslim dari Abū Hurairah).
Itulah penjelasan Tafsir Tahlili dalam Surat Al furqan ayat 74
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
Artinya : Dan, orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
0 comments:
Post a Comment